Kalo kerjamu banding-bandingin diri sama orang hatimu bakal nggak tenang | ketahui apa yang Allah minta dan kasih yang terbaik, tenang dah
Latih diri beramal dari yang "kecil" | supaya kalo Allah kasi yang "gede" kita nggak kagetan
Jangan salah, pahala orang "kecil" dan orang "besar" | itu sama berdasarkan ikhlasnya
Jadi yang penghasilannya 10 juta lalu sedekah 1 juta | kira-kira sama ikhlasnya dengan yang penghasilan 1 juta sedekah 100 ribu
Jadi yang Allah lihat itu "kadar" pengorbanannya | kadar kesulitan ketika kita menaati-Nya | semakin sulit semakin mantep dah
Walau Allah melihat dari kadar "kesulitan" saat menaati-Nya | bukan berarti kamu bikin sulit diri sendiri ya? hehe..
Misalnya nih | yang jauh dari masjid pahalanya lebih gede karena jalannya lebih jauh | bukan berarti kamu jalan kaki padahal ada motor
Islam itu mudah | kalo ada keringanan ya diambil yang paling ringan | kalo nggak ada ya tetep dijalanin
yang bermasalah itu Muslim yang nunggu "mudah" baru mau menaati Allah | yang kayak begini bakal dikasih "susah" terus
Ada kuli bilang "aku nggak bisa shalat nih, nanti kalo udah jadi bos banyak waktu baru aku shalat" | naini mentalnya, gimana nggak susah?
Ada mahasiswa bilang "aku sibuk belajar, nggak sempet kaji Islam, nanti kalo udah lulus" | wajar banyak masalah, nggak pernah kaji
Ada Muslimah bilang "nanti aja tutup aurat kalo udah tua" | nanti udah tua kamu pasti ngarang alasan lain lagi
setiap orang ada kadar "kesulitan" dalam menaati Allah | setiap kondisi ada kadar "kesulitan" menaati Allah.
jangan nunggu "kondisi sempurna" baru taat Allah | taat nggak perlu alasan selain Allah | ingat kesulitan itu diganjar pahal
Dunia ini adalah urutan gerbang terbuka, atau pintu-pintu yang tertutup, tergantung dari sikap kita.
Orang yang positif dan berharapan baik, melihat setiap keadaan sebagai gerbang menuju kemungkinan yang lebih baik.
Orang yang negatif dan mencurigai niat baik Tuhan, melihat setiap keadaan sebagai penutup pintu kesempatan.
Pasti itulah penjelasan mengapa mereka yang berhasil, selalu ceria; dan yang lemah hidupnya, selalu penyedih dan pengeluh.
Sikap baik adalah pembuka pandangan dan pencerah sikap.

STOP Bullying

TRADISI BULLYING TELAH MERAMBAT HINGGA KE TINGKAT TATANAN KENEGARAAN.

Sahabatku,

Mari terus berusaha untuk memperbaiki diri untuk tidak melakukan "Bullying" pelecehan atau kekerasan kepada anak-anak kita sekecil apapun.

Karena jika kita tidak mau memperbaiki diri kita, maka perilaku ini akan di contoh oleh anak-anak kita dan akan terus di wariskan dari generasi ke generasi.

Apa buktinya ?

Lihatlah proses pencalonan Presiden kali ini; sangat syarat akan bully mem bully antara satu kelompok pendukung dengan pendukung lainnya.

Rupanya Tradisi membully ini telah melekat dalam di pikiran kita tanpa sadar dan secara spontan di pertontonkan melalui media termasuk media sosial ini.

Sehingga tampak jelas bahwa Tradisi Membuly lebih mendominasi dari pada tradisi UNJUK PRESTASI KERJA dari kedua kelompok pendukung Capres ini.

Dan ternyat tradisi saling membuly ini bukannya di hapuskan oleh sekolah-sekolah yang mengaku LEMBAGA PENDIDIKAN, tapi malah di lestarikan melalui proses perpeloncoan mulai dari Mahasiswa (zaman kita dulu) dan sekarang sudah merambah hingga para calon pelajar SMP oleh para seniornya.

Padahal bagi kita umat beragama, agama apapun sudah sangat jelas bahwa Bully sekecil apapun itu dilarang,

Dan bahkan jika kita merujuk pada ajaran Islam, jangankan membully, berkata-kata keras saja tidak di izinkan oleh Rasulnya, mengejek atau mengolok-olok untuk tujuan bercanda saja dilarang.

Sahabatku,
Kita tidak akan pernah bisa mengubah kondisi ini kalau hanya mengaharapkan orang lain lah yang harus berubah lebih dulu.

Ayo mari kita mulai perubahan
Mulai dari kita dan keluarga kita terlebih dahulu
Mulai dari hal-hal kecil yang kita bisa ubah
Mulai sekarang juga

Kalau bukan kita mau berharap pada siapa lagi ?
Kalau bukan sekarang mau kapan lagi ?

Kami sudah tuliskan panduannya untuk pengingat bagi saya secara pribadi dan untuk referensi bagi setiap orang tua yang ingin berubah.


Sumber : Komunitas AYAH EDY
Omongan orang lain, dijelek2an, direndahkan, tidak akan pernah membuat kita otomatis jadi lebih jelek atau rendah.

Kitalah yang menentukan masa depan kita, mau kemana rencana kita, kualitas hidup kita. Bukan omongan orang lain. Kalau aslinya bagus, maka insya Allah bagus. Kalau aslinya memang demikian, maka akan demikian.

Jadi terus melakukan yang terbaik, yang baik akan datang.

Belajar Buang Sampah pada tempatnya Lebih Penting buat Anak

Seorang sahabat yang sedang Studi di negeri Belanda pernah berujar:

"Sudahlah anak-anak sekolah di Indonesia itu gak usah diajari macem-macem rumus yang sulit2 dulu dech, ajari saja mereka sampai bisa mengantri dengan sabar, berprilaku jujur dan membuang sampah pada tempatnya." "itu sudah lebih dari cukup."

Lalu dia bercerita, di Belanda ada sebuah desa yang pendudukanya pandai menjaga kebersihan dan berprilaku jujur. Ternyata bisa hidup makmur karena mendapat penghasilan dari para wisatawan dari Mancanegara yang berkunjung hampir setiap musim terutama di musim semi dan panas.

Dan mereka hidup makmur bukan karena mereka belajar rumus2 yang njilmet yang bikiln otak pusing dan kepala panas melainkan hanya pandai menjaga kebersihan dan kejujuran.

"Oalah.....temen saya ini bener gak sich omongannya ?"

Terlepas dari benar atau tidaknya celotehan teman saya ini, saya jadi tertegun merenungkannya.

Meskipun dalam bentuk celotehan tapi bagi saya sangat dalam sekali artinya.

Terutama setelah membuka alamat situs yang diberikannya kepada saya, tentang sebuah desa di negeri Belanda yang penduduknya makmur karena pandai menjaga kebersihan lingkungannya.

http://www.tourismontheedge.com/places/europe/giethoorn-holland-the-small-venice-of-the-north.html

dan juga tayangan video mengenai desa tersebut, berikut ini:

Sumber :

Nasihat Orang Tua Sukses dan Orang Tua Gagal

Apakabar ayah bunda tercinta? Semoga selalu sehat dan bahagia di akhir pekan bersama keluarga tercinta dirumah.
Ayah Bunda dan para guru tercinta di seluruh pelosok negeri.
Ternyata Nasib seorang anak itu sebagian besar di tentukan oleh Pesan dan Nasehat Orang Tuanya.
Demikianlah yang di kisahkan dalam buku yang di tulis oleh Robert T Kyosaki yang berjudul Rich Dad and Poor Dad.

Ternyata hasil riset yang dilakukan oleh Carnigie Institute of Learning terhadap Orang-Orang Paling Sukses dan Orang-Orang Gagal di dunia ini juga menunjukkan hasil yang sama.

Orang-orang yang hidup makmur dan berkecukupan memiliki pola-pola yang mirip satu sama lainya, sementara orang-orang yang gagal juga memiliki pola yang hampir sama satu sama lainnya dalam memberikan nasihat pada anak-anaknya.

Selengkapnaya akan di bahas oleh ayah edy dalam buku terbaru yang sedang di tulisnya yang berjudul MENEMUKAN POTENSI EMAS ANAK SEJAK DINI UNTUK BISA MENCAPAI SUKSES DAN BAHAGIA DALAM PROFESI YANG DI CINTAINYA.

Berikut adalah kebanyakan Nasihat orang tua gagal dalam meberikan nasihat pada anaknya; dirangkum mejadi sebuah rumusan 3 M dan 1 H. Money, Money, Money and Happy. (Uang, Uang, Uang dan Bahagia)

Orang tua gagal selalu memberikan nasihat pada anaknya yang menyelipkan unsur akhir dari tujuan hidup adalah untuk MENDAPATKAN UANG SEBANYAK-BANYAKNYA.

Hingga akhirnya jadilah negara kita yang seperti ini. Sudah jelas2 memilih profesi ABDI NEGARA dan ABDI MASYARAKAT (Mengabdi Pada Negara dan Masyarakat) tapi berusaha sekuat tenaga untuk menjadi KAYA RAYA dan BANYAK UANG melalui profesinya dengan menggunakan segala macam cara yang haram dan melanggar hukum. Karena yang ada di kepalanya hanya ada UANG, UANG DAN UANG lah yang bisa membuat hidupnya bahagia.

Sahabat Keluarga Indonesia,
Lalu apa persisnya nasihat Orang tua Gagal pada anakknya yang terdiri dari 3 huruf M dan 1 Huruf H di akhir.
Inilah isi nasehatnya:

Money yang pertama:

“Sekolah yang pinter ya Nak, biar besok kalo sudah besar pinter cari .....”UANG”

Money yang kedua:

“Nanti kalau kuliah ambil jurusan yang gampang cari kerja ya, biar kamu cepat dapat .....”UANG”

Money yang ke tiga:

“Kalo sudah lulus, usahakan bekerja di perusahan Asing ya... agar gajinya besar dan kamu banyak.....”UANG”.

Dan H yang terakhir:

“Nanti kalau kamu sudah banyak uang, Hidupmu pasti akan bahagia”


Ha....ha.... saya saat ini bisa tertawa, ya mentertawakan diri saya sendiri, yang dulu juga telah mengikuti rumusan hidup semacam ini. Dan apa pelajaran yang saya petik.

“Jika kita sungguh2 mengikutinya; benar memang kita pada akhirnya bisa bekerja di perusahan asing dan bahkan jika mau di negara asing sekalian.”

Tapi apakah UANG menjamin kita pasti bahagia, Eit... tungguh dulu. Saya tertawa lagi setidaknya mentertawakan keyakinan saya dulu terhadap uang.

Ternyata tidak benar jika UANG itu menjamin kita menjadi lebih bahagia, uang hanya mampu membuat kita lebih mudah memenuhi kebutuhan hidup dan keinginan dan tidak bisa menjamin kebahagiaan hati seseorang.

Hal ini terbukti saat sekarang saya menjadi Konsultan Keluarga. Betapa banyak orang datang kepada saya karena TIDAK BAHAGIA. Dan kebanyakan adalah ORANG-ORANG YANG BANYAK UANGNYA.

Yang lebih mengerikan adalah apa bila ternyata kita tidak bisa mendapat banyak uang apakah seumur hidup kita tidak akan pernah bahagia? Apakah segala cara haram akan kita tempuh untuk bisa mendapatkan UANG SEBANYAK-BANYAKNYA?

Inilah yang sedang di alami oleh negeri ini; hasil dari sebuah nasehat pada anak-anak yang sejak kecil di tanamkan ke alam bawah sadarnya untuk mendapatkan UANG SEBANYAK-BANYAKNYA.


Padahal jika kita mengikuti nasihat ORANG SUKSES dalam mendidik anaknya; maka justru menghasilkan anak-anak yang hidup bahagia dan menjadi MAGNET bagi uang. Tanpa harus mati-matian mencari uang tapi malah uanglah yang mengikuti dirinya.

Lantas seperti apa Nasehat yang diberikan para orang tua sukses ini pada anaknya ? yang kemudian saya coba jalani sendiri mulai usia 33 tahun.

Wah setelah saya terapkan pada diri sendiri dan anak-anak yang mengikuti bimbingan profesi dengan kami, hasilnya sungguh luar biasa !!!

Hidup menjadi jauh lebih bahagia, dan ternyata benar bahwa BAHAGIA itulah yang sesungguhnya akan menjadi MONEY MAGNET (Rezeki akan mengikuti siapa yang hidupnya bahagia dan melakukan profesinya dengan bahagia sepenuh hati) dan bukan UANG YANG MEMBUAT KITA BAHAGIA.

Selengakapnya InsyaAllah akan di bahas dalam buku terbaru kami yang akan terbit akhir bulan Februari 2014 mendatang.

Selamat berakhir pekan bersama keluarga, mari kita terus belajar dan belajar terus untuk bisa mencapai kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat.

Sumber : Ayah Edy Parenting
Tahun ajaran baru sebentar lagi tiba. Ada yang naik kelas, ada yang naik sekolah baru. Nah, kalau kalian ternyata nggak satu sekolah lagi dengan gebetan, nggak usah terlalu sedih.

Disimpan saja perasaannya, besok lusa, kalau memang jodoh, jangankan satu sekolahan, malah bisa satu KK (kartu keluarga). Selama itu belum terjadi, mending belajar, mengejar cita2, mempersiapkan diri, dan terus menjaga diri.
Engkau yang sedang memikul beban hati
yang tak ringan, dengarlah ini ...

DALAM GELAPNYA MASALAHMU,

tetaplah setia kepada yang benar,
tetaplah berharap kepada Tuhan,
dan janganlah pernah lupa
bahwa Tuhan tak akan melupakan
kesetiaanmu kepadaNya.

TETAPLAH MENJADI JIWA YANG BAIK.

Mudah-mudahan Tuhan segera
memasukkanmu ke tempat masuk yang benar,
atau mengeluarkanmu dari jalan keluar yang benar,
dan mendatangkan dari sisiNya
sebuah kekuatan yang menolongmu,
yang melepaskan beban dari dadamu,
yang membersihkan kekalutan dari pikiranmu,
dan yang mengeluarkan penyakit dari tubuhmu.

Semoga Tuhan mendamaikan jiwamu,
dan menyejahterakan hidupmu.

Aamiin

---------------

Dan semoga Anda yang masih menantikan kehadiran belahan jiwanya, hari ini atau esok Tuhan memasukkan Anda kedalam pergaulan yang baik, yang akan menjadikan Anda sahabat bagi mereka yang baik, dan yang kemudian salah satunya jatuh hati kepada Anda, yang cintanya bersambut mesra dengan cinta Anda, dan yang kemudian berkembang menuju pernikahan yang indah.

Aamiin

Jika ada doa yang khusus bagi keadaan Anda dan keluarga, yang ingin kita aminkan bersama, mohon Anda sertakan di sini.

Sertakanlah 'Aamiin' dari Anda agar lebih besar kemungkinan bagi doa bersama kita di pagi ini disegerakan jawabannya oleh Tuhan Yang Maha Sejahtera - untuk Anda dan setiap jiwa yang berdoa pagi ini.

Mudah-mudahan rezeki kita hari ini baik, lancar, dan penuh berkah.

Aamiin
Saya kadang bingung dengan situasi ini. Yaitu ketika ada dua kelompok sedang berkompetisi (apapun kompetisinya), maka kenapa kecenderungannya kedua belah pihak malah sibuk dengan menjelek2kan satu sama lain? Kelompok A merendahkan kelompok B, dan sebaliknya B tidak mau ketinggalan, mencari keburukan A.

Termasuk saat pemilihan presiden ini. Aduh, saya benar2 tidak paham, kenapa dua kelompok ini lebih fokus ke saling menjelek2kan satu sama lain? Penuh sesak media sosial, website berita, dengan hal2 ini. Si A begini, si B begitu. Di balas lagi, si A begitu, si B begini. Apa poinnya? Apa sih maksudnya? Saya benar2 bingung. Kenapa mereka tidak memilih untuk fokus saja ke kelebihan masing2--tidak perlu merecoki kekurangan orang lain. Itu jelas lebih baik dan lebih dari cukup.

Kalau mereka terus melakukannya (dan semakin gencar) menjelang pemilihan presiden, maka jangan salahkan jika orang2 jadi berpikir2: Jangan2 dua kelompok ini semua memang tidak punya kelebihan apapun, sehingga hanya asyik dengan saling menjelekkan. Jangan2 dua kelompok ini malah dua2nya memang tidak layak pilih.

Coba lihat saja situasinya, semua pernyataan A, selalu salah oleh kelompok B. Pun semua pernyataan B, juga salah oleh kelompok A. Kalau dua belah pihak sama2 menyalahkan, lantas siapa yang benar? Dua2nya benar, atau dua2nya salah? Kelompok A bilang jangan percaya B, kelompok B bilang jangan percaya A. Nah loh, jadi kami harus percaya mana dari dua omongan yang satu sama lain saling menegasi jangan percaya. Atau jangan2 memang dua2nya tidak perlu dipercaya lagi. Kelompok A bilang B itu penipu, kelompok B bilang A itu penipu; Aduh buyung, lantas mana yang jujur? Jangan2 dua2nya memang penipu.

Dalam situasi begini, baik kelompok A dan kelompok B, menjelek2an musuhnya simply karena berebut simpati pemilih mengambang, yang belum menentukan pilihan. Tapi rumitnya, ketika pemilih mengambang bertanya2 mana baiknya yang dipilih, mereka hanya diberikan tontonan begini2 saja. Dan semakin rumit lagi, jangan coba2 pemilih mengambang nyeletuk: saya pusing, mending saya golput saja; pasti langsung diceramahi habis2an oleh pendukung dua kelompok ini. Aduh, yang butuh suara itu siapa sih? Kenapa yang kebelet banget dengan suara, malah ceramah dan marah2. Coba saja kalian iseng bilang golput di media sosial kalian, dua kelompok ini jadi kompak, bersatu padu menjadikan kalian sebagai samsak baru mereka (minimal kalian diceramahi tentang patriotisme, mengubah nasib, dsbgnya).

Maka saya benar2 berharap, masih ada yang memikirkan soal ini. Pemilihan presiden masih 3 minggu lagi, masih tersisa waktu bagi siapapun untuk bertanggungjawab atas mendidik generasi kita. Memberikan teladan bagi mereka. Jangan salahkan jika anak2 SMP, SMA jadi asyik tawuran, lah, kita sendiri yang mempertontonkan "tawuran" dimana2 soal pilpres ini. Jangan salahkan jika anak2 kita, remaja2 kita jadi nge-bully, lah, kita sendiri yang mempertontonkan mem-bully orang secara terang2an di media sosial. Sebelum terlanjur, masih ada waktu untuk memperbaiki banyak hal.

Buat yang kebelet banget posting sesuatu tentang pilpres, pikirkan sekali lagi. Eh, bukankah sehari ini saya sudah 10kali posting tentang jagoan saya. Baiklah, hari ini cukup (makan obat saja paling mentok 3x sehari). Setiap kali mau share sesuatu, pikirkan dalam2, kira2 apa manfaatnya, apa mudharatnya. Pikirkan pula, apakah ini valid, apakah ini dari sumber yang benar (bukan cuma dari website yang memang isinya begitu semua), bukan sekadar tulisan karang2an saja. Jangan nafsu sekali bergegas menekan tombol share, pikirkan sekali lagi, beri waktu terbaik memikirkannya.

Semua orang bertanggungjawab memberikan teladan bagi anak2 dan remaja kita. Besok lusa, mereka lah yang akan jadi pemimpin. Kita pasti tidak mau jika mereka ternyata mewarisi tabiat yang sama. Karena yang namanya demokrasi, sudah begitu naturnya. Satu suara preman, sama nilainya dengan satu suara profesor. Demokrasi tidak bicara benar-salah. Demokrasi itu bicara siapa yang punya suara terbanyak.

Jadi silahkan tentukan pilihan masing2, simpan dalam hati, lantas silahkan pilih pas pemilihan nanti. Gitu saja kok repot
Tidak semua ucapan orang lain itu harus didengarkan. Terlebih jika itu hanya prasangka, kesimpulan, apalagi penilaian sepihak dari orang yang kenal juga tidak dengan kita, apalagi memahami kita.

Lebih baik fokus terus memperbaiki diri. Jika menganggu kita, ambil jalan aman dengan menjaga jarak, atau bila perlu bangun benteng kokoh dari orang2 ini.

Dunia ini akan benar2 gelap gulita jika semua ucapan orang dimasukkan ke dalam hati
Jangan biarkan 'perasaan' kalian berserakan, berceceran di facebook atau twitter. Orang yang ingin kalian cari2 perhatian toh tidak akan memperhatikannya.
Laki2 yang paham, wanita yang mengerti, tidak akan menumpahkan perasaannya di dinding jejaring sosial. Terlihat sekali, lebay. Ibarat air tumpah, itu justeru berbahaya, bikin terpeleset, mengganggu. Ada banyak cara lain menyalurkan perasaan, bikin tulisan, bikin puisi, malah bisa menerbitkan buku.

Orang yang semena-mena
tidak harus orang besar, kaya,
dan berkuasa.

Orang yang sangat kita kasihi
tapi yang bicara sembarangan,
menyepelekan pendapat dan
mengabaikan harapan kita,
dan melukai kerinduan kita
untuk merasa diutamakan,
adalah orang yang paling kejam.

Tidak ada siksaan dari manusia
yang lebih pedih daripada
kesemena-menaan orang
yang kita kasihi.

Bersabarlah

Tuhan menyelamatkan hati yang sabar

Aamiin